Immortal Live Riuh Berderau Sulawesi Tour 2013: Relaksasi Yang Meriuhkan


Sumber Foto Google
Pada malam kamis (11/9/2013) Palu kedatangan teman-teman dari Makassar yakni Immortal yang merupakan salah satu line clothing Makassar, dalam rangka Immortal tour sulawesi 2013 dengan tajuk “Riuh Berderau”, sebuah pentas musik cadas yang berlangsung  di Gedung Olah Seni (GOLNI) tersebut tergabung dari 16 band dan diantaranya 3 band dari Makassar yakni Melismatis, Algore Corporation dan Paniki Hate Light.

Dengan rendah hati dan ikhlas langsung saja ceritanya, acara yang dimulai pada sore hari diawali oleh salah satu band hardcore Terrorist HC dipercaya sebagai starter awal. Dan sayangnya saya tidak dapat hadir seperti yang sudah terjadwalkan, akibat kurangnya kepekaan saya pada informasi serta alasan klise lainnya. Saya pun telah melewatkan 5 band yang telah unjuk gigi dalam pementasan tersebut. Kembali ke topik, setelah penampilan dari terorist_HC, Vengeance, Rascal, Courag Attack, dan Scarhead Barricade.

Pukul 19:49 pesta kembali berkibar. Revitalisasi acara pun berangsur-angsur mulai dibangkitkan, sebagai simbol pembangkitan massa agar merapat kembali ke venue. Suar frekuensi dari Pentatora dan Pray for soekarno coba digemakan dalam venue. Alhasil perlahan massa yang berada diluar venue pun mulai memasuki venue.  Gebrakan dari Pentatora pun seketika membuat penikmat musik cadas merapat ke bibir panggung sambil menganggukkan kepala mereka. 

Selanjutnya Prince of mercy naik ke atas stage sedikit turun tempo dari band sebelumnya,  dengan genre pop punk mereka ditambah sentuhan syntheizer yang terdengar begitu solid. meskipun ada sedikit hambatan dalam pen-settingan programer nya, tapi mereka dapat menyesuaikan suasana yang sempat terganggu itu, melalui musik mereka yang cukup energik kepada penonton.

Selanjutnya sebagai  band tamu pertama dari makassar, Melismatis di persilahkan mencicipi panggung. Ada sedikit nuansa yang berbeda disuguhkan oleh band satu ini, terutama  ketika lightning dipadamkan keadaan venue seketika gelap dan selang beberapa saat venue dikejutkan dengan hentakan musik yang tiba-tiba meraung bersamaan dengan lightning yang berpendar menyorot panggung. massa yang tadinya hening langsung merapat ke bibir panggung. Dengan energik melismatis merayu penikmak musik cadas dengan ritme metal mereka.

Malam makin larut, Maracana mengambil alih panggung. Ambisi semangat massa semakin tak terbendung lagi, penampilan Maracana seperti menghinoptis penonton agar lebih memacu adrenalin mereka dengan melakukan moshpit sambil mengepalkan tangan ke atas yang menandakan komunikasi antara vokalis dan penonton menyatu. Walaupun di tengah penampilan maracana ada sedikit insiden kecil, namun pihak panitia dapat mengatasinya.

Setelah itu Algore corporation band ke 2 dari Makassar menggempur arena bermain mereka. Penonton masih belum kehilangan antusiasnya, atmosfer venue yang disesaki oleh massa, asap rokok yang menyelimuti venue dan keringat yang bercucuran. Begitulah adrenalin massa yang kian terpompa, dari ritme-ritme metal yang ditawarkanAalgore corporation malam itu.

Sepertinya musik metal masih terus menggerogoti telinga penikmat musik cadas, usai penampilan Algore corporation masuklah Katriselle meneruskan misi sebelumnya untuk memuaskan penikmat musik cadas, dengan sentuhan musik metal post-hardcore pun terus dilancarkan, namun kondisi stamina dari penonton nampaknya mulai menurun akibat moshing liar yang berkepanjangan, sehingga terpaksa beberapa penonton mundur sejenak. Namun sebagian penonton yang berada di bibir panggung masih asik menselebrasikan musik Katriselle dengan moshing ala mereka.

Paniki hate light sebagai band terakhir dari Makassar tampil di hadapan penonton, penonton yang sebelumnya kehabisan tenaga mulai pulih kembali dan langsung merapat ke bibir panggung. Musik metal post hardcore ditambah sedikit ritme tekno menjadikan kesan megah pada musik mereka, ditambah komunikasi interaktif vokalis pada penonton memunculkan komunikasi yang fasih antara vokalis dengan penonton.

Acara telah mendekati akhir, selanjutnya Rezim, Edge of glory dan Aligator blood menjadi salam penutup perhelatan musik cadas malam itu, dan tanpa sungkan lagi mereka memainkan musik metal mereka walaupun kondisi massa dalam venue yang semakin lama kian surut. Dengan penampilan dari Aligator blood berakhir pula pesta malam itu yang benar-benar meriuhkan. Kesenangan yang bercampur keringat malam itu menjadi akhir cerita dari perhelatan tersebut.