Sebuah Kontemplasi Memacu Bersama Kegelisahan

Tulisan rekayasa ini mungkin hanya sebagai cindramata bagi kalian yang melihatnya. Tulisan yang belum pernah diterbitkan di planet ini sebelumnya, akan memberi kontemplasi singkat dari sebuah momen kegelisahan yang sering kita jumpai tanpa sadar ataupun berpura-pura sadar, dikala ego syahwat kaum adam bereaksi pada panorama tubuh wanita. 

Hiraukan kata syahwat tadi yang berkonteks tidak senonoh bagi kalian yang menilai. Ungkapan itu melintas begitu saja, mungkin karena terlalu banyak menggunakan kata syahwat sebagai bahan lawakan akrab, ketika bercakap-cakap bersama teman penggemar puting kaum hawa.

untuk itulah semua yang berawal dari kegelisahan akan membentuk persepsi dan berbuah tindakan kemudian, terangkai kata yang begitu ambisius dibalik kegelisahan itu sendiri, seperti sakit perut ingin berak berketerusan menjadikan hambatan aktifitas sehari, yang sebelumnya membosankan menjadi lebih membosankan karena waktu dihabiskan di wc toilet. 

Memang benar bahwa berak itu adalah sebuah tradisi yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan. Namun beda ceritanya dengan berak berketerusan, itu menjadikan momen kegelisahan yang begitu mengkhawatirkan untuk kegiatan kedepan. Dilain hal juga, akibat dari rasa berak itu, pemikiran kita akan lebih tegang dan bingung memilih antara menahan dan mengeluarkan. Jawabannya adalah terserah kalian selama itu disesuaikan dengan waktu kejadian yang ada.

kegelisahan lain juga ada pada denting waktu yang berbunyi pada jam dinding. Dikala deadline tugas yang menggunakan metode Sistem Kebut Semalam (SKS) harus diladeni dalam kurun waktu semalam. Jarum jam yang berputar pada porosnya ini, secara kasat mata terlihat begitu santai ketika mengayunkan jarum ditiap detiknya. namun akibat adanya kegelisahan jarum menjadi lebih cepat mengayunkan detiknya. Itu menjadikan sistem beripikir otak kiri dan kanan dipacu lebih cepat lagi agar tugas terkait dapat selesai dengan persiapan waktu yang seadanya itu. 

Dan begitulah adanya hari-hari kita selalu dinaungi oleh waktu, waktulah yang menentukan seberapa jauh pengalaman akan mengalami pelapukan, karena waktu tak berjalan mundur semua berjalan kedepan. Untuk itulah bagaimana kita mengatur waktu agar lebih efisien dalam memaksimalkan momen ke momen menjadi postif. jangan biarkan waktu menjadi mendalu begitu saja.

Esensi dari tulisan hina ini adalah kalian tidak akan pernah merasa bebas selama kegelisahan masih ada dan pembatas itulah yang membuat kalian ingin berak diwaktu pagi, siang, dan malam. Jangan ragu-ragu untuk merenungkannya. (@iqbalmaulana77)