HOLIMUN: diantara Menunggu dan Kreatifitas


Bulan ramadhan seakan memasuki fase dimana arus hilir kendaraan kala sore itu (11/07) di jalan Hasanuddin nampak lebih ramai dibanding bulan sebelumnya, dengan tujuan yang berbeda pula berbagai plat nomor kendaraan membisingkin jalanan dengan emisi knalpotnya.

Namun diantara kondisi hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang. Ada suatu pemandangan yang berbeda pada aktifitas sore kala itu, oleh sejumlah para muda-mudi yang berada persis dipelataran cafe suragoro, yang kemudian dirasa cukup melirik pengendara bermotor yang melewati jalan tersebut.


Para muda mudi yang tergabung dalam jalinan komunitas Perupa Tapi Tak Sama melakukan aksi ngabuburit yang tak biasa bagi masyarakat Kota Palu, yakni menghabiskan waktu dengan melukis atau mereka sebut dengan seni mural (gaya seni lukis pada suatu media dinding). Dengan berbekal cat dan pada 4 buah kardus yang di susun menyerupai balok yang menjualang ke atas sebagai kanvas. Dengan rasa antusias mereka pun melukisnya dengan berbagai art work yang berbeda-beda. 

Acara yang dimulai dari sore hari sekitar pukul 4 hingga malam hari sekitar pukul 8 ini bertajuk Holimun atau plesetan dari bahasa inggris bulan suci (Holy Moon). Tak hanya menggelar aksi melukis, mereka juga menjual berbagai kreasi kartu lebaran dengan ragam corak yang sangat variatif. Kartu lebaran yang merupakan hasil karya dari para pelaku komunitas Perupa Tapi Tak Sama di jual dengan harga bebas. Dan dari hasil penjualan kartu lebaran tersebut akan didonasikan untuk rakyat Palestina yang tertimpa bencana akibat perseturuan politik antara 2 negara timur tengah, yakni Israel dan Palestina.

Kesimpulan dari kegiatan seperti Ini, membuktikan bahwa menunggu waktu berbuka bukan berarti hanya harus sekedar menunggu kosong yang dalam artian tidak adanya kegiatan yang diisi. Justru menunggu adalah momen yang bagus untuk menciptakan ataupun memanfaatkan kreatifitas, salah satunya adalah seni mural yang ditampilkan oleh Komunitas Perupa Tapi Tak Sama.